Shofi'is Blog

PENGUNJUNG BLOG YANG TERHORMAT, APABILA INGIN MENGUTIP INFORMASI ATAUPUN ARTIKEL DARI BLOG INI DIMOHON UNTUK MECANTUMKAN BLOG INI SEBAGAI SUMBER ACUAN ATAU REFERENSI, TERIMAKASIH

Rabu, 30 Januari 2013

Masuk Jurusan Sejarah, Mau Jadi Apa?

“Apa yang akan saya dapatkan nanti jika saya masuk jurusan sejarah?”

Itulah pertanyaan yang akan kita terima setelah orang lain mengetahui jurusan kita yang notabenenya adalah jurusan Sejarah. Mungkin ini pertanyaan yang lazim ditanyakan ke jurusan manapun. Jika yang ditanya adalah jurusan kedokteran, kedokteran gigi, manajemen, akuntansi, atau psikologi jawabannya akan sangat memuaskan. Barangkali ini hanya sekadar pertanyaan basa-basi saja. Tapi jika ditanyakan kepada jurusan sejarah, saya bisa pastikan ini pertanyaan serius dan si penanya pasti mengerutkan keningnya, ini tanda-tanda skeptis. Tidak menutup kemungkinan ini pertanyaan berat juga untuk jurusan-jurusan “non-favorit” lainnya, tapi tanpa mengurangi rasa hormat kepada mereka dan karena saya mahasiswa sejarah, maka saya akan mencoba menjawab pertanyaan ini.
Jikalau saya mendapat pertanyaan itu, maka saya akan langsung bertanya balik, “Kamu mau kuliah atau mau persiapan cari kerja?”. Biarlah si adik ini menjawab itu terlebih dahulu. Mengapa saya balik bertanya? Cuma satu alasan, saya hanya ingin tahu apa yang ada di otak si adik ini tentang orientasinya untuk kuliah. Ini penting menurut saya, karena saya kira orientasi itu penting untuk menentukan langkah-langkah ke depan. Kalau memang orientasi kuliah mereka adalah untuk cari kerja maka akan saya sarankan (dengan sangat jujur) pikirkan masak-masak jurusan yang akan di pilih. Kalau memang ragu pada sejarah lebih baik tidak usah pilih sejarah. Saya sungguh tidak menyarankan adik-adik ini masuk hanya untuk asal kuliah demi mencari kerja. Lebih baik cari yang mamang tinggi prospeknya sekalian. Bukannya saya skeptis pada jurusan sendiri, tapi karena memang sejarah tidak akan memberikan apa-apa untuk mahasiswa yang “asal kuliah untuk mencari kerja”. Lagi pila sangat beresiko memilih sesuatu jika hati sendiri tidak yakin.
Itu kalau orientasi kuliah untuk persiapan cari kerja. Kalau memang mereka memberikan jawaban, “saya benar-benar ingin kuliah kak”, atau “karena saya memang suka dengan sejarah sejak dulu”, atau semacamnya yang memberikan ketegasan kalau orientasi mereka adalah kuliah. Respon saya pertama kali adalah memberikan si adik ini senyuman lalu barulah akan saya berikan jawaban. Mungkin ini subjektif, tapi saya adalah orang yang percaya pada semangat dan keyakinan hati. Dan kedua hal ini, semangat dan keyakinan hati, adalah hal penting sebelum seorang pemuda memutuskan untuk menjadi mahasiswa. Jadi mereka kuliah bukan karena “keterpaksaan” untuk memudahkan mencari kerja, tapi murni untuk terjun menjadi akademisi. Ini bukan hanya sejarah, tapi juga jurusan lainnya apapun itu. Saya yakin mereka inilah yang memang benar-benar tahu apa artinya menjadi mahasiswa.
Lalu apa jawaban saya? Dengan penuh semangat akan saya jawab, “kamu bisa mendapatkan apa-apa di sini”. Sepanjang pengetahuan saya setelah mebaca macam-macam buku kumpulan soal ujian masuk universitas dan dari bimbel-bimbel yang saya ketahui, sejarah memang bukan jurusan yang diminati atau dianggap sedikit sekali prospeknya ke depan. Bisa jadi ya, bisa jadi tidak. “Ya” kalau orientasinya untuk cari kerja seperti yang saya jelaskan di atas. Tapi bisa jadi “tidak” untuk yang orientasinya memang benar-benar suka sejarah dan murni untuk menuntut ilmu. Saya yakin dengan ini karena saya juga yakin bahwa, apa yang kamu minati dan kamu tekuni pasti akan membawa manfaat ke depan. Tinggal bagaimana kita ini memelihara semangat dan mental pantang menyerah untuk belajar.
Katakanlah saya terlalu filosofis atau terlalu muluk soal ini, tapi itulah yang saya yakini. Namun saya juga tidak mau jadi hipokrit, saya juga sadar bahwa setelah lulus kuliah nanti pasti saya, dan juga pembaca semua akan menghadapi dunia kerja. Dari sinilah sejarah memberikan peluang. Lulusan sejarah tidaklah harus menjadi seorang sejarawan. Biasanya dalam buku panduan memilih jurusan selalu di tulis prospek kerja lulusan jurusan sejarah seperti ini : peneliti, pengajar, staf atau pegawai museum, atau pegawai di ANRI. Sepertinya memang buku itu harus dikoreksi lagi. Masih banyak peluang untuk  sejarah. Kalau mau sebut, bisalah kita jadi wartawan, reporter, penulis, editor, tourist guide, pengusaha, dan bahkan sampai jadi anggota dewan. Sungguh saya tak berbohong akan hal ini.
Dalam belajar ilmu sejarah di universitas, sejauh pengamatan saya, amat ditekankan masalah otentisitas, originalitas, dan kredibilitas. Tanpa ketiga hal ini, jangan sekali-kali membicarakan sejarah. Metode sejarah memiliki kerangka ketat dalam menuliskan sejarah, tapi juga tidak kaku. Plagiarisme juga menjadi satu hal yang harus dijauhi benar-benar oleh mahasiswa sejarah. Inilah modal kita sebagai mahasiswa sejarah. Sejak awal kita telah disiapkan menjadi orang teliti, kritis, jujur, dan tidak asal bicara tanpa landasan yang jelas. Metode inilah yang membantu kita nantinya di dunia kerja, entah jadi apapun nantinya. Dengan modal ini ditambah pengalaman-pengalaman ikut dalam berbagai kegiatan organisasi dan semacamnya, InsyaAllah bisa menjadi andalan kita menghadapi dunia kerja. Oh ya, tambah pula dengan semangat dan keyakinan diri.
Saya menulis catatan ini tak bermaksud “promosi” jurusan atau apa. Kalau tulisan ini mengarah lebih pada jurusan sejarah, memang karena saya berkecimpung di sini dan itu yang saya ketahui. Tapi pada intinya saya hanya ingin berbagi pengetahuan dan semangat kepada kawan-kawan dan pembaca semua. Bahwa semua hal selalu berawal dari niat dan dari sinilah kita lalu menentukan langkah.

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com